Back to list Publication

DKK Insight Edisi 16: Pentingnya Diversifikasi Platform Bagi Pedagang Online

Wednesday, June 12, 2024
Photo Article

Oleh Fariz Pratama

Dengan lebih dari 213 juta pengguna internet, pasar ecommerce di Indonesia merupakan salah satu yang paling berpotensi di dunia dan terus berkembang. Berdasarkan data dari marketeers, Indonesia menempati posisi ke-8 sebagai negara dengan jumlah penjualan retail ecommerce terbesar di dunia pada tahun 2023, dengan total transaksi penjualan sebesar 97 miliar Dolar. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 20% dibandingkan tahun 2022.

Di tengah tingginya aktivitas ecommerce di Indonesia, platform jual beli (marketplace) dan social commerce telah menjadi tulang punggung utama bagi ekosistem perdagangan digital Indonesia. Data dari We Are Social menunjukkan bahwa platform ecommerce seperti Shopee dan Tokopedia masuk dalam 20 besar situs web yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, dengan total kunjungan mencapai lebih dari 3,6 miliar pada tahun 2022.

Namun seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan yang pesat tersebut, perubahan pun terjadi dengan cepat. Platform baru silih berganti bermunculan dengan fitur baru, inovasi baru, algoritma baru, model marketing baru, dan seterusnya. Dua dekade terakhir telah menjadi saksi pergeseran dominasi di pasar online Indonesia. Pada tahun 2000-an, Kaskus mendominasi lapak jual beli online selama satu dekade. Saat itu, aktivitas perdagangan online masih sangat terbatas dan umumnya berada dalam forum. Namun, kemunculan platform ecommerce seperti Tokobagus, Lazada, dan Tokopedia menawarkan pengalaman yang lebih terkustomisasi, fitur transaksi yang lebih aman, serta berbagai fitur lain yang mendorong migrasi penjual dan pembeli ke platform baru ini.

Tiga tahun terakhir, banyak dari platform yang disebutkan sebelumnya telah kehilangan popularitas atau bahkan sudah tutup. Sebaliknya, dalam tiga tahun terakhir kita juga menyaksikan bagaimana popularitas TikTok sebagai platform jual beli mengalami lonjakan yang signifikan. Platform ini tidak hanya berfungsi sebagai media sosial, tetapi juga sebagai media pemasaran dan jual beli melalui TikTok Shop, menjadi arena utama baru tempat berbagai penjual baik yang sudah lama maupun baru merintis untuk bersaing demi memasarkan dan menjual produk mereka kepada jutaan pengguna TikTok.

Tentu saja aturan dan karakteristik dari setiap platform sering kali berbeda, mulai dari algoritma pencarian hingga jenis konten yang efektif untuk menarik pembeli. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para penjual untuk mempelajari strategi dan taktik khusus dari setiap platform serta beradaptasi terhadap perubahan tersebut.

Tidak dapat dipungkiri hal ini tidak mudah dan tidak jarang juga membuat para pedagang hanya memfokuskan diri pada satu atau dua platform saja yang dirasa paling nyaman dan tinggi dari segi engagement. Namun tanpa disadari, strategi tersebut dalam jangka panjang dapat membuat bisnis mereka rentan.

Penutupan TikTok Shop secara tiba-tiba menjadi contoh nyata bagaimana platform jual beli di era digital dapat berubah dengan cepat dan sulit diprediksi. Kasus ini juga menunjukkan pentingnya melakukan diversifikasi storefront untuk meminimalisasi risiko dan kerentanan bisnis. Banyak penjual mengalami hambatan signifikan bahkan terhenti total akibat penutupan tersebut karena belum memiliki kehadiran yang sama di platform lain atau bahkan tidak memiliki storefront pada platform lain sama sekali. Pemusatan sumber daya pada hanya satu fokus, dalam hal ini satu platform jual beli saja, membuat penjual rentan terhadap hal-hal yang tidak terduga seperti perubahan kebijakan platform maupun pemerintah, dan faktor eksternal lainnya yang tidak terkendali.

Menyebar keberadaan bisnis di beberapa pemain utama lainya dan mengeksplorasi peluang di platform baru yang terlihat menjanjikan sangatlah penting. Hal ini dapat mengurangi risiko dengan memastikan kelangsungan bisnis bahkan jika satu platform mengalami kesulitan.

Selain itu, memperkuat hubungan dengan pelanggan melalui pembangunan komunitas pembeli di platform media sosial bisnis sendiri juga sangat penting. Hal ini tidak hanya menjamin loyalitas pelanggan, tetapi juga menjadi saluran komunikasi yang lebih dapat diandalkan jika terjadi masalah dengan salah satu platform jual beli yang menjadi storefront Anda yang dapat menghambat aktivitas bisnis.

Pasar ecommerce Indonesia menuntut pendekatan strategis dan proaktif. Dengan merangkul diversifikasi, memperkuat hubungan dengan pelanggan, membangun kolaborasi strategis, serta terus belajar dan beradaptasi, para penjual online dapat dengan lebih baik mengelola risiko yang terkait dengan ketergantungan pada platform jual beli yang volatile. Membangun model bisnis yang tangguh dan fleksibel menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan jangka panjang di tengah lanskap digital yang selalu berubah.

Ikuti terus seri DKK Insight di newsletter DKK Consulting untuk mendapatkan konten menarik seputar inovasi dalam dunia bisnis dan sosial. Pembahasan lengkap mengenai strategi mengembangkan bisnis dalam ekosistem perdagangan digital dapat dibaca di whitepaper berjudul Berjualan Daring di Indonesia: Panduan Pengembangan Bisnis dalam Ekosistem yang Dinamis.

Hubungi kami melalui email di [email protected] jika Anda ingin mengembangkan organisasi lebih lanjut melalui konsultasi bisnis dan inovasi sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi.

Share :